Saya percaya
kita akan memperjuangkan apa yang kita cintai. Apalagi menyangkut orang-orang terdekat
kita. Dan pertama kali saya merasakan itu bukan pada saat mengejar cinta yang
tak sampai, tapi pada saat membela HAK saya maupun orang lain, yaitu KESEHATAN.
Mungkin saya
rasa ini akan sama seperti di film “The Last Samurai” dimana para samurai tetap
setia membela sang kaisar dan mempertahankan tanah serta kebudayaan mereka
hingga nyawa terakhir yang dikorbankan agar tidak tergeser oleh budaya asing. Dimana
disalah satu scene disebutkan “mungkin mereka(samurai) hanya sekumpulan
orang bar-bar bersenjatakan pedang dan anak panah yang akan mengancam negeri
ini” padahal nyatanya tidak demikian, mereka hanya membela apa yang
seharusnya mereka miliki.
Aksi
mahasiswa pada Rabu, 27 April 2016 untuk membubarkan pameran mesin pembuat
rokok serta inovasi rokok dimasa depan, memberikan pelajaran yang sangat
berharga terutama pada generasi kita selanjutnya. Karena pameran bertajuk WTPM
(World Tobacco Process and Machinery) akan mempercepat kehancuran
negeri ini. Bayangkan di depan rumah ada bendera kuning..... (maap becanda).
Bayangkan adik-adik kita nanti yang masih SD ngisep rokok aneka warna dan rasa
didepan mata kita. Sedih? Jelas sedih. Marah? Jelas marah, tapi kita hampir tak
bisa berbuat banyak. Kecuali itu bocah kecil nyundut tangan saya pake rokoknya, pasti sudah saya toyor-toyor dia.
Saya ceritakan
aksi pada tanggal 27 April itu sesuai apa yang saya lihat dan rasakan ya. Sebelum
sampai di venue yaitu di JIExpo Kemayoran Jakarta, Hall D saya dan kawan-kawan
mahasiswa Universitas Respati Indonesia sempat kesasar dan berjalan jauh
sekali(kayanya kepanjangan kalau dari sini). Nah, sudah sampai di gerbang
gambir expo, kami menyebar ke berbagai titik di sekitar Hall D dan bertingkah
layaknya turis. Ada yang selfie, jalan-jalan, ngobrol, sikap lilin, kayang(maap
becanda lagi) padahal itu di area parkir atau sebuah lapangan yang cukup luas di
depan hall D. Ada beberapa teman yang
saya lihat tapi kami tetap di sarankan tidak menyapa satu sama lain agar tidak di curigai polisi. Karna
sebelum saya dkk masuk area JIExpo saya berjalan bergerombol lalu ditanya
polisi yang lagi nilang.
“kalian mau kemana?” tanya sang polisi.
“ke JIExpo pak” kata teman saya.
“kalian mahasiswa atau pelajar?” kata polisi.
“kami pelajar pak, hendak beli sepatu” kata teman saya.
“oke, hati-hati ya” kata polisi lagi.
Di situ saya merasa bahagia karna disaat bewok sudah lebat,
rambut memutih dan kerutan wajah sudah mulai terlihat kami masih dianggap
anak-anak. (oke next)
Ketika sedang selfie di parkiran yang
cukup luas itu, tiba-tiba terdengar suara TOA yang kira-kira “semua kumpul,
bentuk barisan sekarang!!!” kami yang tersebar pun berlarian menuju titik suara
sambil memakai Almamater kampusnya masing-masing. Ada dari UI, UHAMKA, UMJ,
UIN, URINDO, STIKIM, YARSI, UNJ DLL berkumpul jadi satu dengan visi yang sama
membentuk barisan manusia dengan laki-laki sebagai tembok border dan di
tengahnya diisi oleh perempuan jumlahnya sekitar 300 orang. Lalu kami mulai
menyanyikan lagu totalitas perjuangan serta berorasi menuntut agar pihak
penyelnggara segera hadir menemui kami, atau kami akan masuk ke dalam Hall D untuk membubarkan pameran tersebut.
Lalu ada seorang bapak-bapak keriput
menghampiri orator aksi dan mengaku sebagai pihak EO. Kami tentu tidak percaya
karna itu adalah preman bayaran. Lalu muncul sesosok bapak-bapak lagi berpakai
polisi yang di juluki Kapolsek Kemayoran kalau tidak salah namanya Kompol Adri.
Dan bapak kapolsek memberi dua pilihan:
1.
Pergi
dari area hall D dan berdemo di area pintu 8 (hall D itu di pintu 2)
2.
Kami
paksa untuk mundur.
Karena pilihan itu itu berpihak kepada kami, lalu kami
menambahkan pilihan:
1.
Temui
kami dengan pihak penyelenggara di tempat itu juga.
Di tengah negosiasi yang alot,
terlihat barisan border polisi yang baru lulus dari akademi (karena mereka masih
terlihat muda dan gagah serta tak nampak perut yang membuncit) yang berbaris
berhadapan dengan kami. Di situ saya tersadar, pajak yang di bayar bapak saya sekarang
digunakan untuk melawan saya ddan teman-teman. Jujur, jantung rasa nya mau
copot ketika tameng-tameng polisi sudah mulai berjejer siap menghantam kami. Padahal,
lawan kami adalah Investor Rokok Global yang mengingkari janjinya untuk tidak
lagi datang ke Indonnesia dan menyelenggarakan pameran Rokok tersebut.
Tak, lama barisan polisi bermotor trail, truk polisi, mobil yang ada
speaker dan lampu nya mulai berjejer. Ini bukan pameran alat-alat militer
negara yang lagi banyak di selenggarakan tapi ini benar-benar digunakan untuk
mahasiswa. Kami tidak membawa senjata, kami tidak anarki jika tak dipaksa dan
mayoritas peserta aksi adalah PEREMPUAN tangguh nan gigih yang ikut ke dalam
barisan.
Dzuhur tlah
tiba, kami meminta waktu kepada kapolsek untuk shalat di tempat kami berdiri. Namun
lagi-lagi, kapolsek memberi kami waktu shalat 3 menit. Hampir 300 masa yang
shalat dan hanya di beri waktu 3 menit? 1 menit = 100 orang? Kalau kata anak
zaman Daendles “Gewlaa keleus”. Akhirmya sebagian dari kami yang mayoritas
perempuan menjalankan ibadah, dan yang lain tetap berjaga mengantisipasi jika
polisi mulai bertindak.
Dan pada saat giliran saya untuk shalat,
terdengar polisi mulai berteriak “polisi siap!!! Huh hah!!!” sambil membanting
tamengnya pertanda kami akan di pukul mundur dari area hall D JIExpo. Padahal saya
dan sebagian teman-teman masih menjalankan shalat. Terdengar teriakan
teman-teman yang lain “Pak, itu masih ada yang shalat!!! Woiii!!!” saya pun
yang sedang shalat merasa sedikit panik juga. Tapi saya terus menguatkan iman
dan terus berdoa kepada Tuhan agar teman-teman kami bisa menahan hingga kami
selesai. Kita pun tak di biarkan mengadu kepada sang Pencipta sungguh ironi.
Chaos tak
terelakan lagi. Barisan border mahasiswa yang hanya berjaket alamamater vs
barisan polisi bersenjata tameng. Aksi dorong, pukul, tendang pun terjadi. Teman
saya di pukul habis-habisan demi melindungi temannya yang lain. Beberapa mahasiswa
pun membalas, teriakan-teriakan perempuan terdengar begitu pilu. Ada mahasiswa
yang hidungnya berdarah terkena dorongan tameng. Ada yang di jambak dan di
seret dll. Begitu saya dan kawan-kawan selesai shalat, kami buru-buru memakai
sepatu. Saya yang tlah selesai memakai sepatu lalu berdiam diri sejenak, dan
melepas sepatu lagi. Karena kaos kaki nya lupa dipake. Namanya juga buru-buru. Lalu
saya berlari membentuk barisan border kuat dengan teman-teman yang lain. Dan di
depan mata saya, ada teman saya yang ditarik oleh dua orang polisi berbadan
biasa aja (soalnya badannya tidak kekar-kekar amat) saya mau bantuin tapi nanti
bordernya pecah. Akhirnya saya tahan dan berharap dia tidak kenapa-kenapa. Banyak
mahasiswa yang terluka dalam bentrokan itu. Mahasiswi pun ada yang pingsan. Tapi
itu semua tidak menyurutkan niat kami untuk menyuarakan apa yang menjadi HAK
kami.
Lalu akhirnya kami diminta keluar dan
menuju gerbang 8 dengan catatan beberapa mahasiswa bertemu dengan pihak
penyelenggara. Menuju gerbang 8 pun kami tetap bernyanyi. Lelah dan letih
hampir tidak kami rasakan. Karena jumlah kami SATU. Sampai di gerbang 8
sebagian dari kami duduk-duduk dan beli minum sambil mendengar cerita
kawan-kawan tentang aksi tadi, terutama di bagian bentrokannya. Ada yang bilang
ketendang sama polisi, lalu berhasil membalas menendang polisi dibagian
kemaluan. Coba bayangkan jika polisi
yang di tendang di bagian kemaluan itu update
status di bbm dan ternyata itu teman kalian juga. Hahahahahahaha. Lalu beberapa
mahasiswa yang menjadi delegasi untuk bertemu dengan penyelenggara muncul. Mereka
Walkout karna hanya di pertemukan
dengan EO nya saja. Sungguh investor asing itu meremehkan kami dan tertawa
melihat aksi kami tadi. Shit men!! Pada akhirnya kami mendeklarasikan bahwa ini
bukan akhir dari perjuangan yang panjang, meski tujuan kami untuk membubarkan acara tersebut tidak tercapai. Kami akan tetap ada dan menghantui
para pengusaha rokok global yang mengambil keuntungan dari kesehatan kami. Dan satu
hal yang paling berharga dari aksi tersebut adalah kebersamaan dan kekeluargaan
yang terikat visi yang sama. Semoga ini menjadi cerita yang tak terlupakan
untuk anak-anak kita nanti. Mungkin polisi itu benar, kami belum lulus, masih harus belajar dan bertingkah
seperti orang bar-bar tapi kami hanya ingin melindungi generasi penerus kami
dari bahaya rokok. Karena kami ingin Indonesia SEHAT!!!!
HIDUP MAHASISWA!!!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!!!
#TolakWTPM #KamiBukanAbak

![1461796517377[1]](http://www.ismkmi.org/wp-content/uploads/2016/04/14617965173771.jpg)

